5 Fakta Seputar Kesempatan Hamil Setelah Aborsi

Aborsi menjadi pengalaman yang menyakitkan dan traumatis bagi beberapa wanita. Banyak wanita yang terpaksa melakukan aborsi karena belum siap untuk hamil, sementara sisanya mungkin terpaksa menggugurkan janinnya karena alasan medis atau fisiologis.

Sementara itu, hamil lagi setelah melakukan aborsi akan membutuhkan sedikit tindakan pencegahan dan perencanaan. Salah satunya adalah aborsi di tempat aborsi yang aman dan terpercaya.



Klinik Raden Saleh merangkum beberapa fakta yang perlu Anda ketahui terkait kehamilan yang terjadi setelah sempat melakukan aborsi.

Aborsi tidak mengganggu kesuburan

Aborsi, jika dilakukan oleh seorang ahli dan dengan bimbingan medis yang tepat, merupakan prosedur yang aman dan tidak mengganggu kesuburan seseorang dengan cara apa pun. Namun, prosedur aborsi yang tidak aman dapat berpotensi merusak organ reproduksi seperti tuba fallopi dan indung telur, sehingga berpengaruh terhadap kesuburan.

Aborsi berulang di masa lalu menyebabkan leher rahim lemah

Menjalani aborsi untuk menunda kehamilan tidak akan terlalu merugikan. Namun, jika Anda menjalani beberapa prosedur aborsi dan pelebaran dapat menyebabkan munculnya jaringan parut di bagian atas serviks atau di dalam rahim.

Terlepas dari hal tersebut, setiap prosedur yang melibatkan pelebaran leher rahim, seperti dalam kasus aborsi bedah, jika dilakukan berulang kali dapat melemahkan serviks itu sendiri.

Jadi jika Anda berencana untuk hamil lagi setelah berkali-kali melakukan tindakan aborsi, maka Anda berpotensi menderita leher rahim lemah yang bisa mulai melebar sebelum waktunya. Lebih parahnya lagi, kondisi ini dapat menyebabkan penghentian kehamilan.

Biasanya histerektomi dapat membantu mengetahui kondisi leher rahim. Di mana dalam kasus leher rahim lemah, jahitan akan dilakukan untuk menutupnya sehingga janin aman berada di dalam rahim.

Langsung hamil tidak lama setelah aborsi bisa berbahaya

Para ahli menyarankan supaya tidak terlalu cepat hamil lagi, yaitu paling cepat tiga bulan setelah prosedur aborsi Bisa berbahaya.

Dalam kasus aborsi menggunakan obat penggugur kandungan, rahim melunak karena efek obat, menginduksi kontraksi untuk mengeluarkan janin. Kondisi ini kemudian diikuti dengan perdarahan sebagai tanda keguguran.

Di sisi lain, aborsi bedah di Pusat Klinik Aborsi dilakukan melalui evakuasi suction atau vakum aspirasi diikuti dengan kuretase, yaitu menutup pembuluh darah yang ada di dalam rahim untuk mengurangi terjadinya perdarahan hebat. Sehingga dibutuhkan pemulihan pada rahim dan juga kesehatan wanita yang melakukan aborsi itu sendiri.

Oleh karena itu, sangat ideal untuk menunggu paling tidak selama tiga bulan setelah prosedur aborsi sebelum mencoba untuk hamil lagi.

Penggunaan kontrasepsi setelah prosedur aborsi sangat diperlukan

Bahkan jika Anda menderita pendarahan atau tidak lagi mengalami menstruasi setelah menjalani aborsi, Anda masih akan berovulasi. Ini berarti jika Anda tidak menggunakan kontrasepsi atau pelindung lainnya, sangat mungkin Anda akan segera hamil setelah menjalani aborsi.

Kehamilan yang tidak Anda inginkan segera setelah prosedur aborsi bisa mengarah kembali pada nasib yang sama, yaitu aborsi. Terutama jika Anda masih belum siap untuk menerima kehamilan itu, baik secara mental maupun fisik.

Bantuan ahli diperlukan dalam merencanakan kehamilan pasca aborsi

Anda yang harus menunggu cukup lama agar rahim Anda sembuh setelah sempat menjalani aborsi, bagaimanapun perlu melakukan konsultasi dengan dokter kandungan sebelum Anda merencanakan kehamilan yang selanjutnya.

Tes diagnostik tertentu yang dilakukan sebelum konsepsi dapat memberikan Anda pilihan yang adil jika berencana untuk hamil, terutama untuk mengetahui apakah rahim Anda sudah sembuh dan cukup mampu untuk memelihara janin yang baru.

Posting Komentar

0 Komentar